Senin, 05 April 2010

Yesus bukan Allah?

Pada point pertama di atas sudah disinggung bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Pada suatu kesempatan diawal saya memulai menjalankan tugas imamatku, aku dihadapkan dengan sejumlah buku yang menentang ke-Allah-an Yesus. Buku-buku tersebut kubaca dengan pikiran terbuka dan membiarkan isinya mengaduk-aduk pikiranku. Aku teringat bahwa di seminari dulu topik ini tidak sungguh kudalami selain karena saya percaya bahwa Yesus adalah Allah, juga saya tidak menemukan buku-buku yang secara intens menolak ke-Allah-an Yesus. Kini saya dihadapkan dengan begitu banyak pertanyaan seputar ke-Allah-an Yesus. Saya percaya bahwa persoalan ini akan terpecahkan. Saya mulai merenung:

a. Apa yang akan terjadi kalau Allah menampakkan diri kepadaku dalam rupa matahari?. Dia adalah cahaya yang tak terhampiri, dan pasti melebihi matahari ciptaanNya. Seorang manusia hina seperti saya, akan meleleh karenanNya. Adalah Allah yang Mahabijaksana tidak mendatangiku dalam rupa matahari.

b. Apa yang akan terjadi kalau Allah menampakkan diri kepadaku dalam rupa hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati?. Saya tidak akan mampu menerimanNya sebab saya tidak bisa berkomunikasi dengan hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati. Allah yang Mahabijaksana tidak mendatangiku dalam rupa salah satu pun dari semuanya.

c. Apa yang akan terjadi kalau Allah menampakkan diri kepadaku dalam rupa surat? Saya tidak akan dapat merasakan bagaimana sesuangguhnya Dia berkorban dan mengambil bagian dalam perjalanan hidup saya. Kebutuhan saya yang paling hakiki adalah bertemu dengan Dia, bukan dengan surat-suratnya. Sebuah surat seberapa pun hebat dan puitisnya dapat saja menipu diriku. Jangan-jangan surat itu berasal dari Iblis yang menyamar seperti malaikat. Allah yang Mahabijaksana tidak mendatangiku dalam rupa surat.

d. Apa yang akan terjadi kalau Allah menampakkan diri kepadaku dalam rupa seorang manusia? Aku dapat berkomunikasi denganNya, Dia dapat memperagakan belaskasihanNya kepadaku dan aku dapat mencintaiNya. Seluruh kemanusiaanku dapat bertemu denganNya. Allah yang Mahabijaksana telah mendatangiku dalam rupa manusia. Bukankah Allah dapat bertindak cukup dengan bersabda saja? Tuhan dapat melakukan hal itu tetapi Dia tidak memilih cara tersebut. Cara “cukup dengan bersabda saja” adalah pikiran manusia, tetapi bukan kehendak Allah.

Begitulah awal pergulataan saya. Saya percaya bahwa Allah telah menjadi manusia, satu-satunya cara yang paling tepat sesuai dengan kondisi kemanusiaan saya. Allah mampu melakukan hal itu.

Refleksi lanjutan dari pergulatan tersebut memampukan saya untuk menjawab secara memuaskan sejumlah alasan penolakan manusia modern terhadap Ke-Allah-an Yesus.


1. Pemakaian Kata/Istilah


Kata “Tuhan” yang sering muncul dalam Alkitab diterjemahkan dari kata Adonay (Ibrani), atau Kurios (Yunani), atau Lord (Inggris). Kata Tuhan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Tuan yang diperhalus dengan tambahan huruf “h” di antara “tu” dan “an” menjadi Tuhan. Dari akar katanya tidak ada perubahan atau perbedaan makna antara Tuhan dan Tuan yang sama-sama berarti yang dihormati, atau pimpinan. “Allah (kata Arab),” searti dengan “sesembahan” atau “yang patut disembah”, yang searti dengan kata Dewa (Indonesia), God (Inggris), Elohim (Ibrani), Theos (Yunani). Ringkasnya: Tuhan = yang dihormati, atau pimpinan, sedangkan Allah= sesembahan, atau yang patut disembah. Berdasarkan pembedaan tersebut, maka Allah memiliki makna arti yang berbeda dengan Tuhan, dan Allah pasti Tuhan, tapi Tuhan belum tentu Allah”. (Frans Donald, Allah dalam Alkitab dan Alquran, Sadar Publication, hlm 23).

Apa kebenarannya?

• Sekilas argumentasi seperti itu masuk akal. Tetapi tidak semua yang masuk akal pasti benar. Jika kita merunut ke suatu istilah kata, maka kata Allah, tidak tepat untuk menunjuk kepada SANG ADA. Kata Allah tidak sama dengan atau searti dengan “sesembahan” atau “yang patut disembah”. Kata Allah berasal dari kata “al Ilah” yang berarti dewa tertinggi. “Tertinggi” dari apa? Tertinggi dari para dewa lainnya. Jadi, al Ilah tetaplah dewa. Dewa tersebut dapat saja disebut sebagai sesembahan, hal tersebut tidak sulit dimengerti mengingat ada orang yang menyembahnya. Siapakah yang berani bertaruh bahwa dewa adalah sosok yang patut disembah? Kecuali bahwa awalnya, al Ilah itu adalah sesembahan para pagan Arab pra Islam, yang kemudian maknanya diperluas menjadi “PENCIPTA SATU-SATUNYA”. Jika demikian, maka pada dasarnya tidak dapat dikaitkan dengan SESEMBAHAN Ibrani yang memang tidak mengenal sebutan “Allah” itu sbagai TUHAN SATU-SATUNYA. Bahwa dikemudian hari Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, sah-sah saja. Hal yang sama berlaku untuk kata “Adonay” yang pada awalnya dipakai untuk tuan (Tuhan). Kata itu kemudian mengalami perluasan makna. Yang terpenting bukanlah “kata sebagai kata”, tetapi makna dibalik ungkapan kata itu.

• Pengkritik di atas menyembunyikan satu fakta lain yang amat penting. Orang Israel yakin bahwa Sesembahan mereka adalah YHWH, yang dengannya SANG ADA mewahyukan Diri. Dalam buku-buku PL berbahasa Yunani (LXX), nama YHWH yang tidak boleh diucapkan (Kel 3:14) itu diterjemahkan dengan kata Yunani KURIOS (TUHAN). Tuhan menjadi nama yang paling lazim untuk HAKIKAT SESEMBAHAN Israel. PB memakai gelar “Tuhan” untuk Bapa, tetapi pada waktu yang sama dikenakan untuk Yesus, yang dengannya Yesus diakui sebagai YHWH yang menjadi manusia.

• Jika ada orang menolak ke-Allah-an Yesus, seharusnya ia mulai dari definisi, atau deskripsi tentang “apakah Allah itu”. Jika deskripsi itu sesuai dengan Yesus, maka dapat dipastikan bahwa Yesus adalah Allah. Demikian juga sebaliknya. Jika deskripsi itu tidak cocok dengan Yesus, maka dapat dipastikan bahwa Yesus bukan Allah. Para ahli Alkitab, teolog, bahkan para filsuf telah memeras keringat, bekerja siang dan malam untuk bertanya, dan merefleksikan, mengkontemplasikan apakah benar bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia? Pertanyaan itu terjawab: Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Jawaban tersebut diperoleh karena fakta-fakta Alkitabiah, antara lain, bahwa Allah adalah Pencipta (Kej 1:1, 14:22), dan hal itu berlaku juga untuk Yesus. Bandingkan pengakuan berikut ini dalam Injil Yohanes:

• “1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. …1:10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya…1:18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal, Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Jelas bahwa Yesus adalah PENCIPTA SEGALA SESUATU dan TANPA DIA TIDAK ADA SUATUPUN YANG TELAH JADI. Pernyataan itu lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.

Kaum Unitarian menolak kesimpulan itu dengan merujuk pada Matius 28:18 bahwa Yesus dapat melakukan semuanya itu karena diberi kuasa oleh Allah. Pertanyaannya, kapan Allah memberikan semuanya itu? Pertanyaan tersebut hanya dapat dimengerti bahwa pertama-tama Allah menciptakan Yesus, SETELAH ITU barulah Allah memberikan segala kuasaNya kepada Yesus untuk menciptakan segala sesuatu yang lainnya. Jika demikian gugurlah pernyataan kaum Unitarian bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Lagi pula, setelah Allah memberikan segala kuasanya kepada Yesus, maka Allah tidak berkuasa lagi. Hal seperti itu tidak masuk akal. Kaum Unitarian harus berani menolak keseluruhan Kitab Taurat Musa, khususnya Kejadian, yang dengan terang benderang memberi laporan bahwa “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kejadian 1:1). Penjelasan yang paling logis atas perbedaan antara Kejadian 1:1 dan Matius 28:18 adalah Allah dan Yesus SEHAKIKAT. “Aku dan apa adalah satu” (Yohanes 10:30)

• Penolakan yang dibuat oleh kelompok anti ke-Allah-an Yesus berdasarkan analisis etimologis kata, tidak cukup kuat. Ambil contoh kata: “ESA” atau “SATU”. ALLAH itu ESA, atau SATU. Apakah artinya? Jika Allah dikatakan ESA atau SATU, maka secara etimologis, kata “SATU Allah “ tidak berbeda dengan pengertian “SATU Kambing”. “Satu” mengungkapkan jumlah, yang dengannya “satunya sesuatu itu” berada dalam ruang dan waktu. Dan itu berarti sesuatu itu terbatas. Jadi, ungkapan Allah satu, atau satu Allah kurang tepat untuk mengungkap realitas SANG ADA. Lainnya halnya kalau kita menggali makna di balik ungkapan “Satu” Allah, atau Allah yang “Esa”.

• Selanjutnya, sekali lagi, kita tahu bahwa orang Israel mengenal Sesembahan mereka dengan nama: YAHWE (Kel 3:15). Nama ini tidak boleh disebut sembarangan (Kel 20:7, Ulangan 5:11). Untuk mencegah pemakaian nama YAHWE secara salah, maka orang Yahudi menyebut YAHWE mereka dengan Adonay (Tuhan). Artinya apa? Tentu orang Yahudi tidak bermaksud untuk mengganti arti dari dari nama YAHWE menjadi: “YAHWE PASTI TUHAN (ADONAY), SEDANGKAN TUHAN (ADONAY) BELUM TENTU YAHWE”. Sebaliknya, satu-satunya maksud dibalik sebutan Adonay (Tuhan) adalah YAHWE. Mereka (Pengarang PL) yang menyebut, menulis/mengganti nama YAHWE dengan Adonay lazim disebut sebagai kelompok Yahwista.

• Selain kelompok YAHWISTA ada kelompok lain yakni ELOHISTA. Kelompok ini pun berusaha keras memakai kata lain guna menghindari penyebutan nama YAHWE. Kata yang kerap mereka pakai yakni Elohim. Pemakaian kata Elohim untuk YAHWE tidak pernah dimaksudkan untuk mengganti arti nama YAHWE: “YAHWE pasti Elohim, tetapi Elohim belum tentu YAHWE”. Maksud satu-satunya di balik ungkapan Elohim itu terarah kepada YAHWE semata.

• Pandangan atau kritik yang dikemukakan oleh kelompok anti Ketuhanan Yesus dapat dilihat sebagai kerinduan yang mendalam agar sisi kemanusiaan Yesus ditonjolkan. Tujuannya agar Dia benar-benar dimengerti sebagai Jurus Selamat yang hadir dalam perjalanan dan menyertai manusia di bumi ini.

2. Para Rasul Tidak Pernah Menyebut Yesus adalah Allah?

Sering juga kelompok anti Ketuhanan Yesus beranggapan bahwa Para Rasul Yesus tidak pernah mengimani bahwa Yesus adalah Yahwe, atau Allah.

Apa kebenarannya?

Pendapat mereka merupakan refleksi lain lagi atas pemahaman yang keliru terhadap Alkitab dan Para Rasul. Ingatlah fakta ini: Alkitab dan Para Rasul tidak pernah mengatakan bahwa YESUS BUKAN ALLAH. Ada banyak teks yang justru menegaskan bahwa Para Rasul mengimani bahwa Yesus adalah Yahwe. Ini tercermin dalam ungkapan “Putera Allah”. Ungkapan Yesus adalah Putera Allah kerap digunakan oleh Para Rasul Yesus. Apa arti ungkapan itu?

Kami memberikan ilustrasi singkat berikut ini: Penggunaan kata “Anak Manusia”. Jika penggunaan kata “Anak Manusia” mau menerangkan bahwa “Anak” itu bukan hewan, bukan tumbuhan, atau benda, tetapi Anak itu adalah Manusia. Nah, jika ungkapan “Anak Manusia” benar-benar membuktikan bahwa Yesus adalah manusia, maka ungkapan “Anak Allah” membuktikan juga bahwa Dia adalah benar-benar Allah.

Mari kita lihat beberapa contoh pemakaian gelar “Anak Allah” yang keluar dari mulut Para Rasul dalam sejumlah Teks PB:

• Pengakuan Petrus, “Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Mat 16:16)

• Pengakuan Petrus dan Teman-temannya: “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah." (Mat 14:33)

• 2Petrus 1:1. “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.

• Pengakuan Natanael: “Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" (Yohanes 1:49).

• Pengakuan Yohanes: “Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya”. (Yohanes 20:31).

• Lagi, pengakuan Yohanes 1:1 mengatakan, “Firman itu adalah Allah” Yohanes 1:14, “Firman itu telah menjadi manusia.” Ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia.

• Kisah Para Rasul: “20:27 Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu. 20:28 Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri”.

Pernyataan Paulus ini sangat jelas dan lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa ia sangat percaya bahwa Yesus adalah Allah. Paulus tidak pernah diperintahkan oleh Yahwe untuk memberitakan seluruh maksud-Nya, tetapi Yesuslah yang mengutus Paulus untuk memberitakan maksudNya. Kisah Para Rasul 9:15-16 “Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku." Jadi, kalau Paulus berkata: “memberitakan seluruh maksud Allah”, itu berarti ia menyatakan Yesus adalah Allah, atau menyamakan Yesus dengan Allah.

• Tidak heran kalau Paulus menasihati kita dengan berkata: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Filipi 2:5-11).

Frasa-frasa yang terkandung dalam pernyataan Paulus ini menegaskan pula tentang ke-Allah-an Yesus. Jika benar bahwa frasa “rupa seorang hamba” menegaskan bahwa Yesus adalah manusia yang menjadi hamba, maka farsa dalam rupa Allah” pastilah menegaskan bahwa Yesus adalah Allah.

• Pengakuan Paulus: “Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. (Roma 1:4), “Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” ( Galatia 2:20), “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (Efesus 4:13).

Mengingat Alkitab tidak menyertakan tanda baca (titik atau koma, dll), maka dapat saja Roma 1:4 menjadi: “: “Ia adalah Anak, Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.”

• Pengakuan dalam Matius 3:3, "Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: 'Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.' Pernyataan di atas diambil dari Yesaya 40:3, "Ada suara yang berseru-seru: 'Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!'"

Jika kata “TUHAN” dalam Yesaya bermaksud TUAN, makan hal yang sama berlaku untuk Matius 3:3. Sebaliknya, jika kata TUHAN dalam Yesaya menunjuk kepada Allah, maka hal yang sama berlaku untuk Matius 3:3. Jika ada yang memahami kedua teks tersebut secara lain itu berarti bertentangan baik dengan Yesaya mapun Matius. Kata “Tuhan” yang dipakai oleh Yesaya, diambil alih oleh Matius, sementara itu “Tuhan” yang dimaksud oleh Yesaya adalah Allah, bukan Tuan. Jika demkian, maka kesimpulan yang paling logis ialah bahwa Matius menyetujui maksud Yesaya. Jadi, kata “Tuhan” yang yang dimaksud oleh Matius adalah pasti Allah sesuai dengan maksud Yesaya. “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan” itu sama dengan persiapkanlah jalan untuk Allah. Karena Matius 3:3, menunjuk kepada Yesus, maka sekali lagi Matius menegaskan bahwa Yesus adalah YAHWE, TUHAN ALLAH. Lagi pula, kalau Yesus bukan Allah tetapi tuan, maka amat tidak masuk akal pernyataan: “persiapkanlah…dan luruskanlah jalan baginya”. Untuk apa mempersiapkan jalan bagi seorang tuan. Karena tak ada seorang pun manusia yang tidak jatuh dalam dosa, maka tidak masuk akal bahwa orang Israel harus bertobat terlebih dahulu dari dosa mereka, baru kemudian mereka dapat menerima kehadiran seorang manusia, yang justeru seorang pendosa juga. Hal seperti itu mustahil. Sama musthilnya dengan pendapat yang mengatakan bahwa Yesus bukan Allah.

• Pengakuan dan pernyataan dari Thomas. Mengenai Yesus, Thomas, sang murid berseru, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Yesus tidak pernah memperbaiki keyakinan muridNya yang satu ini. Kami menantang siapa saja yang menyebut dirinya mengenal Alkitab HARUS berkata seperti yang dikatakan oleh Thomas dihadirat Yesus: “Ya Tuhanku dan Allahku”.

• Titus 2:12-14 menyemangati kita guna menantikan kedatangan Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus. “ Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. “

• Dalam Ibrani 1:8, Bapa berbicara mengenai Yesus, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: `Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.”

Jadi, berdasarkan teks-teks tersebut, maka dengan mantap kita katakan: PARA RASUL MENYEBUT DAN MENGIMANI BAHWA YESUS ADALAH YAHWE YANG MENJADI MANUSIA


3. Menurut Petrus Yesus adalah Allah

• Allah memilih aku (Petrus)

Kisah Para Rasul 15:7 … "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya.

Perkataan Petrus ini makin menjadi jelas dan masuk akal ketika dikonfirmasi ke panggilan Petrus sendiri untuk menjadi pemberita Injil.

Markus 3:13-19. “Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.

Jika demikian, siapakah Allah yang dimaksud oleh Petrus dalam Kis 15:7? Dia tidak lain adalah Yesus. Yesus itulah yang memilih Petrus untuk memberitakan Injil. Bandingkan dengan perkataan Yesus dalam Yohanes 15:16.


• Allah yang mengenal hati manusia

Kisah Para Rasul 15:8-9 “Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.

Perkataan Petrus ini telah diucapkannya ketika Yesus masih bersama mereka di Galilea.

Yohanes 21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.


• Ia mengaruniakan Roh Kudus


Kisah Para Rasul 5:32 Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia."

Kisah Para Rasul 15:8 Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita.

Kisah Para Rasul 15:9 dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.

Pernyataan Petrus itu menggaungkan kembali peristiwa bagaimana Yesus telah menganugerahkan Roh Kudus kepada para muridNya. Allah yang memberi para murid Roh Kudus. Konkritnya, Allah yang memberi Roh Kudus itu adalah Yesus sendiri.

Yohanes 20:21-23 “Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."

Kami menantang Anda untuk mengemukakan satu saja ayat Alkitab dimana YAHWE Perjanjian Lama memberikan Roh Kudus kepada para murid Yesus! Tidak ada.!!!


• Jemaat Allah

I Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.

Ungkapan di atas merupakan refleksi seluruh identitas orang Kristen sebagai umat milik Allah sendiri. Allah yang dimaksud tidak hanya dialamatkan kepada Bapa, tetapi serentak kepada Yesus. Pada dasarnya, orang-orang Kristen adalah Jemaat Kristus. Karena dan dalam Kristus itulah orang Kristen mengenal Allah. Perhatikan perkataan Yesus berikut ini:

Matius 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku (GerejaKu) dan alam maut tidak akan menguasainya.

Setiap kali Para Rasul menyebut “Jemaat Allah” serentak mereka mengakui bahwa Yahwe adalah Allah mereka dan serentak mengakui bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Itulah yang dimaksud oleh Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:28, “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.”

• Keadilan Allah

P. Baru: II Petrus: 1:1. Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. 1:2 Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.

Ayat pertama menegaskan bahwa iman diperoleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Jadi, Dia yang disebut Allah dan Juruselamat itu tidak lain adalah Yesus Kristus.

Ayat kedua meneguhkan kenyataan itu: Allah dan Yesus adalah Tuhan kita. Barangkali pernyataan iman bahwa Yesus adalah Allah menyakitkan hati banyak orang. Yesus tidak memaksa siapa pun untuk menerima Dia sebagai Juruselamatnya (Yohanes 15:16). Perkara pun selesai.


4. Yesus tidak pernah menyatakan diriNya adalah Yahwe?

Kelompok anti Ketuhanan Yesus juga beranggapan bahwa Yesus sendiri tidak pernah menyatakan diriNya Yahwe.

Apa kebenarannya?

a. Pertama-tama, Yesus tidak menyatakan diriNya Yahwe, itu bukan persoalan mendasar.

Kami beri ilustrasi: “Selama lawatannya ke luar negeri, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan bahkan semua orang yang pernah menjabat sebagai presiden, di bumi ini, tidak pernah berpidato, atau memberi pernyataan tentang dirinya: “Aku Barack Obama, Presiden Amerika Serikat adalah Manusia”. Kalau Barack Obama tidak pernah memberitahukan bahwa dirinya adalah manusia, hal itu tidak dapat disimpulkan bahwa Barack Obama pasti bukan manusia. Jadi, sesuatu yang tidak dikatakan bukan berarti tidak ada. Kalau benar bahwa Yesus tidak pernah menyatakan “Aku adalah Allah” tidak berarti bahwa Dia bukan Allah. Kecuali kalau Yesus benar-benar pernah menyatakan: Aku bukan Allah. Berita menyedihakan bagi kaum Unitarian bahwa Yesus tidak pernah menyangkal bahwa DiriNya adalah Allah. Sebaliknya, Yesus dengan pelbagai cara menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang menjadi manusia.


b. Yesus menyatakan diriNya sebagai Putera Allah:

• Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." (Matius 27:43)

• Kata mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah." (Lukas 22:70)

• Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. (Yohanes 5:27)

• Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." (Yohanes 11:4)

• Masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? (Yohanes 10:36)

• "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga (Wahyu 2:18)

Pesan yang mau disampaikan oleh sebutan “Anak Allah” adalah Yesus sehakikat dengan Bapa. Yesus adalah Allah yang tampak dalam sejarah, di hadapan seluruh indera manusia. Anda tidak lagi beriman layaknya, seorang yang membeli kucing dalam karung. Anda mengimani Allah yang pernah hadir dalam sejarah manusiawi Anda. Seberapa pun hebatnya seseorang mendeskripsikan seekor kucing yang hendak dijualnya, bahwa si penjual benar-benar menjual seekor kucing, hal semacam itu tinggal tetap pada sebuah deskripsi, yang harus dibuktikan secara empirik. Allahnya orang Kristen bukanlah Allah angan-angan, atau Allah yang dipropagandakan oleh orang lain, atau Allah yang dideskripsikan Akbar oleh seorang manusia. Allahnya orang Kristen adalah Allah yang menyatakan DiriNya di hadapan ribuan saksi mata dalam wujud rupa manusia. Allah yang menyejarah. (Lih Yes 52:8)


c. Yesus menyatakan diriNya sebagai Yahwe

• Teks Matius 4:1-11. “4:1. Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. 4:2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. 4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." 4:4 Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." 4:5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, 4:6 lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." 4:7 Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" 4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, 4:9 dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." 4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" 4:11 Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.”

Yesus dicobai Iblis. Menurut pengarang Matius (4:1), Yesus dicobai oleh Iblis, atau Iblis mencobai Yesus. Penegasan ini penting agar kita dapat memahami sejumlah pernyataan Yesus pada ayat-ayat selanjutnya.

Cobaan pertama: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Jawaban Yesus: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.".

Menarik bahwa pernyataan “Anak Allah yang ke luar dari mulut Iblis, dijawab oleh Yesus: “Manusia hidup….”. Jadi, Anak Allah itu adalah MANUSIA. Sekalipun Yesus adalah manusia, Ia tidak melulu hidup dari roti, tetapi setiap firman yang ke luar dari mulut Allah. Siapakah Allah yang dimaksud oleh Yesus: DiriNya atau Yahwe?. Kalaulah “firman yang ke luar dari mulut Allah” HANYA MELULU ditujukan kepada YAHWE, maka berita dalam Perjanjian Baru, tepatnya keempat Injil tidak tepat sebab keempat Injil nyaris seratus persen memuat pengajaran yang ke luar dari mulut Yesus. Sementara orang-orang Kristen zaman ini justeru mengikuti setiap firman yang keluar dari mulut Yesus. Bukan karena orang Kristen membangkang terhadap Yesus, tetapi justeru karena Dialah yang memerintahkannya (Yohanes 14:23). Lagi pula, Bapa sendiri meminta para murid untuk mendengarkan Yesus (Matius 17:5). Jadi, secara sangat halus Yesus menyampaikan bahwa Dia adalah Allah. Renungkanlah itu!

Cobaan kedua: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Jawaban Yesus: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Pertanyaan kita: siapakah yang sedang dicobai oleh Iblis, Yahwe atau Yesus? Jawabannya jelas: Yesus (Mat 4:1), yang juga diakui oleh penulis Ibrani (Ibr 2:18, 4:15). Iblis: “Jika Engkau Anak Allah…” Jawaban Yesus sangat jelas: “Jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu”. Jika demikian, maka kesimpulannya Yesus menyatakan DiriNya adalah Allah. Dan karena Allah yang menjadi manusia, maka Ia dicobai Iblis.

Cobaan ketiga: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Jawaban Yesus: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!".

Ini adalah jawaban yang paling keras dari Yesus karena berkaitan dengan “penyembahan”. Di sini pulalah, Yesus menyampaikan pernyataanNya yang paling jelas dan lengkap tentang siapa DiriNya: Tuhan, Allahmu, HANYA kepada DIA SAJA engkau BERBHAKTI. Hanya kepada Allah (YHWH) saja engkau berbhakti (menyembah), tetapi YHWH sendiri justeru mengharuskan para malaikat menyembah Yesus (Ibrani 1:6). Yesus tidak pernah menolak untuk disembah, juga tidak pernah mengutuk orang yang menyembah Dia (Matius 8:2) sebagaimana Dia mengutuk Iblis yang minta disembah.

• Yesus menyatakan Diri Allah. Uraian-uraian di atas lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Yesus menyatakan DiriNya adalah Allah, Allah yang menjadi manusia. Namun, banyak orang menuntut teks yang secara eksplisit menegaskan bahwa Yesus menyatakan diriNya adalah Allah. Baiklah kita berkhikmat. Kata “Yahwe” adalah sebuah Nama. Benar bahwa nama itu menyatakan jati diri. Tuntutan bahwa Yesus menyatakan diriNya Yahwe, telah dijawab oleh Yesus sendiri justru melebihi tuntutan tersebut.

• Kita semua tahu bahwa kata Allah adalah terjemahan Arab kata Ibrani Elohim. Sedangkan kata TUHAN adalah terjemahan Indonesia (Melayu) kata Ibrani YAHWE. Jika ada orang yang lebih “mengagungkan” kata Allah daripada kata Tuhan, maka hal itu tidak lebih dari persoalan rasa budaya bahasa suatu bangsa. Alkitab tidak mendeskripsikan bahwa kata Allah lebih tepat untuk Sang Ada daripada kata Tuhan. Apalagi kalau hanya karena analisis etimologis bahwa di balik kata “Tuhan” terselip juga arti “tuan”. Kalau itu masalahnya, maka dibalik kata “Allah” pun bercokol arti “dewa pagan Arab pra Islam”.

• Sang Ada, Pencipta Langit dan Bumi tidak pernah menyatakan bahwa “NamaKu adalah Allah, atau Elohim”. Kata “Elohim, atau Allah (Arab)” itu justeru dipakai oleh orang Israel/penulis Alkitab PL untuk Sang Ada. Inilah hal yang tidak terbayangkan oleh orang-orang yang mengagungkan dan menggunakan kata “Allah” satu-satunya untuk “Sang Ada”. Sang Ada-nya Israel malah tidak pernah merekomendasikan kata Allah (Arab) itu.

• Kepada Musalah, Sang Ada itu menyatakan siapakah Dia. Dia adalah “AKU ADALAH AKU; AKULAH AKU, sama dengan AKU ADA” Makna dari kata itu ialah AMBIL BAGIAN, IKUT SERTA dan TERLIBAT AKTIF. Nah, DIA yang terlibat aktif itulah yang kemudian disebut YAHWE/TUHAN (Kel 3:13-15). Kalaupun kata “YAHWE” itu telah dikenal oleh orang Israel, tetapi sekurang-kurangnya kata itu mendapat penegasan dan restu langsung dari Sang Ada. Perhatikan teks Yesaya berikut ini: “Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; …(42:8). Berkaitan erat dengan pemahaman ini, maka Yesus dengan tegas menyatakan: “Aku yang adalah TUHAN dan GURUMU (Yoh 13:14).

• Pertanyaan kita bukan hanya apakah Yesus pernah menyatakan diriNya, Allah/Elohim, atau Yahwe TETAPI apakah Yesus pernah menyatakan diriNya AKU ADALAH AKU, AKULAH AKU, AKU ADA; kata-kata yang dikemukakan oleh Sang Ada Sendiri.? Ya.! Yesus tidak pernah ragu menyatakan dirinya: AKU ADALAH AKU, AKULAH AKU, AKU ADA” (Lihat misalnya: Mat 27:43, Wahyu 1:8.17.26,22:13). Perhatikan antara lain, kedua teks berikut ini:

Teks Lukas 22:29-30. “Lukas 22:29 Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, 22:30 bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Teks Yohanes 18:36 Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."

• Bagaimana kedua teks tersebut dapat menunjuk kepada ke-Allah-an Yesus? Membaca teks Lukas memberi kesan bahwa Bapalah yang menentukan hak kerajaan bagi Yesus. Kesan seperti itu dapat dimengerti. Namun, persoalannya, nama gelar kerajaan itu menyatakan gelar pemiliknya. Pemiliknya adalah Dia yang disebut Allah. “Kamu makan dan minum semeja dengan Aku di dalam KerajaanKu”. Ungkapan “KerajaanKu” disebut juga oleh Yesus dengan ungkapan: “Kerajaan Allah”. Jadi, Yesus adalah Allah. Dalam Matius 6:33 dikatakan: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Kata “Kebenaran” mengingatkan kita pada pernyataan Yesus dalam bagian Injil Yohanes: “Akulah jalan kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:16). Jadi, Yesus menegaskan bahwa DiriNya adalah Allah.


d. Akulah Dia Yahwe

• Markus 14:62 Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit."

Perkataan Yesus ini, Ia ambil dari Daniel 7:13. Daniel mengidentifikasi bahwa dia yang datang di tengah awan-awan di langit itu ialah seorang seperti anak manusia. Siapakah namanya? Pertanyaan ini dijawab secara sempurna oleh Pemazmur. “Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah NamaNya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! NamaNya ialah YAHWE (TUHAN); beria-rialah dihadapanNya.” (Mzr 68:5). Menarik bahwa nama dari Dia yang melintasi awan-awan itu bukan Elohim (Allah), tetapi YAHWE, TUHAN. Mengingat semuanya ini, kita dapat mengerti mengapa Yesus tidak pernah secara hurufiah menyatakan diriNya: “Aku adalah Allah”, tetapi “Aku adalah YAHWE, TUHAN”. Yesus tidak mau kita terpeleset dengan kata Elohim, yang kerap dipakai juga untuk allah karikatur (Ul 6:14).

• Yohanes 8:12. Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "AKULAH TERANG dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Perkataan Yesus ini diambil dari Mazmur 27:1. “YAHWE (TUHAN) ADALAH TERANG. “

Jadi, ini menegaskan bahwa pada dasarnya, klaim Yesus merupakan penyataan DiriNya: siapakah Dia?. Dia adalah YAHWE (TUHAN).

• Yohanes 10:11.14 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; … Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku”.

Perkataan Yesus ini menyingkap keyakinan Yakub (Kej 48:15) dan Daud (Mazmur 23:1) bahwa TUHAN adalah Gembala. Jika Yesus tahu bahwa TUHANLAH GEMBALA, tetapi Dia justru tegas menyatakan bahwa “AKULAH GEMBALA”, bahkan GEMBALA YANG BAIK”, hal itu mengandaikan bahwa DIA adalah TUHAN (YAHWE), sama dengan YAHWE.

• Yohanes 13:13.19 “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan…bahwa Akulah Dia”. Marilah kita berhikmat, sebab “haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, MENGAJARI engkau seperti seseorang mengajari anaknya. (Ul 8:5).

Yesus secara gamblang menyetujui sebutan para murid atas diriNya: Guru dan Tuhan. Jika Yesus bukan YAHWE, tentulah Ia menghindari sebutan tersebut agar para muridNya tidak mengingkari fakta bahwa YAHWE tidak lagi memerlukan seorang guru untuk mengajar (Yeremia 31: 33-34). Oleh karena Yesus menyetujui gelar (Guru) yang diberikan para muridNya, maka itu berarti Ia mengakui DiriNya sebagai YAHWE, sebab hanya Yahwe yang mengajar dan tidak memelurkan guru yang lainnya.

• Wahyu 2:23 “Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.”

Pernyataan Yesus ini itu mengesankan. Bandingkan pernyataan Yahwe dalam Yeremia 17:10, “Aku, TUHAN yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah dan langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya”. Pernyataan ini tidak cukup dimengerti hanya karena Yesus telah diberi kuasa oleh BapaNya (Mat 28:18), sebab Bapa tetap berkuasa sampai sekarang. Hal itu hanya mungkin dipahami bahwa terdapat kesetaraan antara Bapa dan Yesus (Filipi 2:6). Masih begitu banyak teks lain yang membuktikan bahwa Yesus menyatakan diriNya YAHWE TUHAN.


e. Lagi-lagi Yesus menyatakan DiriNya adalah Allah

• Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu." Banyak diskusi atau debat, persisnya penyangkalan dari kelompok anti ke-Allah-an Yesus. Menurut mereka:

“Aku dan Bapa adalah satu” artinya Yesus bersatu dengan Bapa dan bukan sama dengan Bapa. “Ber-satu”, satu pekerjaan (Yohanes 10:25), satu visi, satu spirit, satu hati satu pikir bukan satu hakikat! Bersatu dengan Yesus bukan menjadi Yesus, bersatu dengan Allah, bukan menjadi Allah sejati”!

Reaksi orang-orang zaman ini memang lain. Pertama-tama mereka menolak ke-Allah-an Yesus karena isi keyakinan mereka adalah Yesus tidak pernah mengakui DiriNya sebagai Allah. Sebaliknya, orang-orang Yahudi menolak ke-Allah-an Yesus karena Yesus mengaku DiriNya adalah Allah. Sama-sama menolak ke-Allah-an Yesus, cuma alasannya saja berbeda. Renungkan dan perhatikan reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan Yesus:

"Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah" (Yohanes 10:33).

Orang-orang Yahudi paham dan sangat mengerti bahwa Yesus sedang mengakui DiriNya adalah Allah. Jika tidak demikian, mustahil mereka mau melempari Yesus dengan batu. Ketika jiwa sedang diancam secara demikian, padahal Yesus tidak bermaksud mengakui DiriNya sebagai Allah, maka sangat masuk akal kalau Yesus meluruskan pernyataanNya. Nyatanya, hal itu tidak Yesus lakukan. Tidak ada satu pun ayat dimana Yesus memperbaiki pernyataanNya. Yesus juga TIDAK PERNAH menyatakan “AKU BUKAN ALLAH” hanya orang yang anti Yesus saja yang pernah menyatakannya. Kesimpulannya: Yesus benar-benar bermaksud menyamakan DiriNya dengan Allah.

• Yohanes 8:58 “Sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Perkataan “Aku telah Ada”, itu sama artinya: “AKU ADALAH AKU ADA (=YHWH)”

Perkataan Yesus ini membuat orang Yahudi geram. Perhatikan laporan Alkitab mengenai rekasi orang Yahudi: “Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.” (Yoh 8:59). Mengapa orang Yahudi sedemikian nekat? Bagi mereka, perkataan Yesus itu berarti menghujat Allah. Siapa saja yang menghujat Allah, maka hukumannya tidak tanggung-tanggung: dirajam sampai mati. Pengakuan para musuh Yesus ini menambah bobot kebenaran perkara ini. Artinya Yesus benar-benar menyatakan DiriNya sebagaimana dipahami oleh orang Yahudi: Yesus menyamakan diriNya dengan Yahwe. Sayangnya orang Yahudi tidak dapat menerima dan percaya atas perkataan Yesus itu, sama seperti sebahagiaan dari orang-orang zaman sekarang.


f. Lihat juga Teks-teks Berikut ini:

• Dalam kitab Wahyu, malaikat menginstruksikan Rasul Yohanes untuk hanya menyembah kepada Allah (Wahyu 19:10). Beberapa kali dalam Alkitab Yesus menerima penyembahan (Matius 2:11; 14:33; 28:9, 17; Lukas 24:52; Yohanes 9:38). Dia tidak pernah menegur orang-orang yang menyembah Dia. Kalau Yesus bukan Allah, Dia pasti akan melarang orang-orang menyembah Dia, sama seperti malaikat dalam kitab Wahyu. Yesus juga pasti tahu betul larangan menyembah selain Allah dalam Kel 20:4-5//Ul 5:7-9)

• Di satu pihak, semua manusia di bumi rusak, pembohong, berdosa (Kejadian 6:12, Mazmur 116:11, Roma 3:4). Di pihak lain, hanya Allah yang dapat mengampuni dosa (Mrk 2:7). Sementara, orang berdosa tidak dapat melihat Allah kecuali mereka yang suci hatinya (Matius 5:8). Jadi, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Kita sadar bahwa hanya Allah saja yang memungkinkan kita dapat menghampiri tahtaNya. Oleh kehendak dan cintaNya kepada kita, maka Dia datang ke dunia. Sesuatu yang tidak masuk di akal pikiran manusia daging. Dia yang Mahabijaksana datang dan mengambil rupa manusia, bahkan rupa hamba. Sebab kita ini adalah manusia dan hamba. Dengannya kita mengerti, Dia yang tak terjangkau, Dia yang ajaib, Dia yang mahadasyat kini hadir menyertai kita dan sedang mengantar kita menuju rumahNya. Karena kini Dia telah menjadi manusia, maka untuk menebus dosa kita, Ia memakai cara-cara manusiawi kita. Sekali lagi, maksudnya ialah supaya kita mengerti, supaya kita tahu, supaya kita merasakan dan supaya kita mengalami. Kita dapat mengalamiNya dengan seluruh kemanusiaan kita. Kalaulah dia yang menebus dosa kita hanyalah manusia seperti kita, maka hal itu tidak mungkin sebab manusia pada dasarnya tidak dapat menolong dan menebus dosanya sendiri (1 Yohanes 2:2). Hanya Allah yang sanggup menanggung dosa seisi dunia ini (2Korintus 5:21). Karena dosa yang begitu besar dan berat, Allah yang menjadi manusia itu mati untuk dosa kita (1 Petrus 3:18).

• Perhatikan perkataan dalam Ibrani berikut ini: “ Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (2:14).

Pernyataan ini menegaskan sesuatu hal yang berbeda bahwa Yesus tidak sama dengan manusia. Karena tidak sama dengan manusia, maka Ia (Yesus) MENJADI (pergerakan/perubahan ke bentuk yang lain) sama dengan manusia (darah dan daging). Perubahan dari tidak sama menjadi sama.

• Ibrani 2: 15 “Dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.”.

Apakah untuk menyelamatkan manusia, Allah harus menjadi manusia terlebih dahulu? Jawabannya: YA. Itu cara yang paling baik. Itu adalah rancangan Allah dan bukan rancangan manusia. “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,…Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu…firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. (Yes 55:8-11). Kita tidak dapat memaksakan kehendak kita kepada kehendak Allah.

• Ibrani 2:17-18. “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”

Jika ada seorang anak kecil yang tiba-tiba jatuh ke dalam sumur berlumpur yang dalam, maka seorang anak kecil pasti tidk mampu menolongnya. Kata-kata anda pun tidak lagi bermanfaat baginya. Bahkan alat Bantu yang paling canggih sekalipun tidak ada faedahnya. Cara satu-satunya yang paling efektif ialah diri anda sendiri. Anda harus menceburkan diri ke dalam sumur itu sebab dia tidak dapat memegang kata-kata anda, tetapi dia butuh tangan anda. Bahkan manakala anak itu tidak lagi dapat memegang apa pun, maka anda yang harus memegang tangannya dan menarik dia dari sana. Anda harus turun ke dalam lumpur itu. Anda dapat mengangkat dan menggendongnya serta membawanya ke tempat yang aman. Kita ini lebih kecil dari seorang anak kecil, sering jatuh dan jatuh lag ke dalam lumpur yang kotor. Tuhan tahu bagaimana caranya menyelamatkan kita. Dia tidak mau menggunakan cara kunfayakun, bimsalabim, (seperti kebiasaan tukang sulap), atau apa pun namanya. Bahkan Dia tidak mempercayakan firmanNya kepada apa yang tidak kekal. Dia menyampaikan firmanNya kepada kita dengan menjadi sama dengan kita. Dan itu adalah cara yang paling tepat sesuai dengan kemanusiaan kita.


h. Bagaimanakah Dia menyelamatkan kita?

Melayani dengan kasih dan memberikan nyawaNya

• “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28)
• Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mark 10:45)
• Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; (Yoh 10:11)
• “Sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. (Yoh 10:15)
• Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. (Yoh 10:17)
• Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yoh 15:13)


Bangkit dari Mati dan Mengalahkan Maut

• Malaikat memberi kesaksian bahwa Yesus telah bangkit dan mendesak para murid untuk memberitakannya kepada orang lain. (Matius 28:7)
• Petrus menyampaikan bahwa Yesus telah bangkit dan dan menampakkan diri kepada para saksi dan bukan kepada bangsa-bangsa. Hal itu merupakan kehendak Allah. (Kisah Para Rasul 10:41)
• Petrus mewartakan bahwa Yesus adalah Mesias yang menderita dan bangkit dari antara orang mati. (Kisah Para Rasul 17:3)
• Yesus adalah Mesias yang menderita sengsara dan Ia adalah yang pertama bangkit dari antara orang mati dan memberitakan terang kepada bangsa-bangsa. (Kisah Para Rasul 26:23)
• Kristus telah bangkit dan tidak mati lag, maut tidak berkuasa lag atas Dia (Roma 6:9)
• Yesus menubuatkan bahwa Anak Manusia akan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga sesudah kematianNya (Markus 9:9, Yohanes 2:22)
• Yesus bangkit pada hari ke tiga sesudah kematianNya (Lukas 24:46)
• Yesus menampakkan diri sesudah kematianNya kepada para muridNya. (Yohanes 20:9, 21:14).
• Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. (Kol 1:18)
• Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. (II Tim 2:8)
• …dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya. (Why 1:5)
• dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita. (Rom 1:4)
• Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. (Rom 6:4)
• Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. (Rom 6:5)
• Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. (rom 6:9)
• Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut (Ibr 2:14)

Dengan segenap hati kita berkata: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. “ (1Petrus 1:3-5)

Jadi, seluruh uraian di atas memastikan bahwa Yesus menyatakan diriNya adalah Allah (yang menjadi manusia) dan karena Dia anda dan saya memiliki pengharapan akan keselamatan dan hidup yang kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar