Kamis, 31 Maret 2011

Yesus tidak pernah menyatakan diriNya adalah Yahwe?


Unitarian:

Yesus sendiri tidak pernah menyatakan diriNya Yahwe.

Jawab

a. Butuh Pengakuan Verbal: “Aku adalah Allah”?

Kami beri ilustrasi: “Selama lawatannya ke luar negeri, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan bahkan semua orang yang pernah menjabat sebagai presiden, di bumi ini, tidak pernah berpidato, atau memberi pernyataan tentang dirinya: “Aku Barack Obama, Presiden Amerika Serikat adalah Manusia”. Kalau Barack Obama tidak pernah memberitahukan bahwa dirinya adalah manusia, hal itu tidak dapat disimpulkan bahwa Barack Obama pasti bukan manusia.  Jadi, sesuatu yang tidak dikatakan secara verbal bukan berarti bahwa sesuatu itu tidak ada. Kalau benar bahwa Yesus tidak pernah menyatakan “Aku adalah Allah” tidak berarti bahwa Dia bukan Allah. Kecuali kalau Yesus benar-benar pernah menyatakan: Aku bukan Allah. Berita menyedihkan bagi kaum Unitarian bahwa Yesus tidak pernah menyangkal bahwa DiriNya adalah Allah. Sebaliknya, Yesus dengan pelbagai cara menyatakan bahwa Dia adalah Allah/Yahwe yang menjadi manusia.

b. Yesus menyatakan diriNya sebagai Putera Allah:

Dalam Perjanjian Baru dikatakan: “Kata mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri mengatakan bahwa Akulah Anak Allah[1]." Masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?[2]

Dalam kitab Wahyu tertulis:
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga[3]

Pesan yang mau disampaikan oleh sebutan “Anak Allah” adalah Yesus sehakikat dengan Bapa. Yesus adalah Allah yang tampak dalam sejarah, di hadapan seluruh indera manusia. Anda tidak lagi beriman layaknya, seorang yang membeli kucing dalam karung. Anda mengimani Allah yang pernah hadir dalam sejarah manusiawi Anda. Seberapa pun hebatnya seseorang mendeskripsikan seekor kucing yang hendak dijualnya, bahwa si penjual benar-benar menjual seekor kucing, hal semacam itu tinggal tetap pada sebuah deskripsi, yang harus dibuktikan secara empirik. Allahnya orang Kristen bukanlah Allah angan-angan, atau Allah yang dipropagandakan oleh orang lain, atau Allah yang dideskripsikan Akbar oleh seorang manusia. Allahnya orang Kristen adalah Allah yang menyatakan DiriNya di hadapan ribuan saksi mata dalam wujud rupa manusia. Allah yang menyejarah[4].

c. Yesus menyatakan diriNya sebagai Yahwe [Matius 4:1-11]

Yesus dicobai Iblis.

Menurut pengarang Matius, setelah berpuasa empat puluh hari empat puluh malam,  Yesus dicobai oleh Iblis,[5] atau Iblis mencobai Yesus. Penegasan ini penting agar kita dapat memahami sejumlah pernyataan Yesus pada ayat-ayat selanjutnya.

Cobaan pertama:

 "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."  Jawaban Yesus: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."[6].

Menarik bahwa pernyataan “Anak Allah yang ke luar dari mulut Iblis, dijawab oleh Yesus: “Manusia hidup….”. Jadi, Anak Allah itu adalah MANUSIA. Perintah Iblis supaya Anak Allah makan roti tentu tidak masuk akal sebab pernyataan Anak Allah mau menegaskan bahwa Yesus adalah Allah. Allah yang adalah Roh tidak mungkin makan roti. Siapakah yang bisa makan roti? Hanya manusia. Sekalipun Yesus adalah manusia, Ia tidak melulu hidup dari roti, tetapi setiap firman yang ke luar dari mulut Allah. Siapakah Allah yang dimaksud oleh Yesus: DiriNya atau Yahwe?. Kalaulah “firman yang ke luar dari mulut Allah” HANYA MELULU ditujukan kepada YAHWE, maka berita dalam Perjanjian Baru, tepatnya keempat Injil tidak tepat sebab keempat Injil nyaris seratus persen memuat pengajaran yang ke luar dari mulut Yesus. Sementara orang-orang Kristen zaman ini justeru mengikuti setiap firman yang keluar dari mulut Yesus. Bukan karena orang Kristen membangkang terhadap Yesus, tetapi justeru karena Dialah yang memerintahkannya[7] Lagi pula, Bapa sendiri meminta para murid untuk mendengarkan Yesus[8] Jadi, secara sangat halus Yesus menyampaikan bahwa Dia adalah Allah. Orang Kristen mengikuti semua perkataan dari mulut Allah, yang tidak lain adalah perkataan yang keluar dari mulut Yesus. Renungkanlah itu!

Cobaan kedua:

 "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Jawaban Yesus: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" [9]

Pertanyaan kita: siapakah yang sedang dicobai oleh Iblis, Yahwe atau Yesus? Jawabannya jelas: Yesus[10] yang juga diakui oleh penulis Ibrani[11]
Iblis mencobaik Yesus: “Jika Engkau Anak Allah…” Jawaban Yesus sangat jelas: “Jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu”. Siapakah yang sedang dicobai? Bukan Yahwe tetapi Yesus. Jika demikian, maka kesimpulannya Yesus menyatakan DiriNya adalah Allah. Dan karena Allah yang menjadi manusia, maka Ia dicobai Iblis.

Cobaan ketiga:

"Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Jawaban Yesus: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!".[12]

Iblis mencobai Yesus: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."  Ini adalah cobaan yang paling besar dari Iblis karena berkaitan dengan penyembahan yang hanya dikhususkan bagi Allah?Yahwe semata. Di sini pulalah, Yesus menyampaikan pernyataanNya yang paling tegas, jelas dan lengkap tentang siapa DiriNya: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, HANYA kepada DIA SAJA engkau BERBHAKTI. Lihat dan renungkan!!! Hanya kepada Allah (YHWH) saja engkau berbhakti (menyembah), tetapi YHWH  sendiri justeru mengharuskan para malaikat menyembah Yesus[13] Yesus tidak pernah menolak untuk disembah, juga tidak pernah mengutuk orang yang menyembah Dia[14] sebagaimana Dia mengutuk Iblis yang minta disembah.

Yesus menyatakan Diri Allah.

Uraian-uraian di atas lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa Yesus menyatakan DiriNya adalah Allah, Allah yang menjadi manusia. Namun, banyak orang menuntut teks yang secara eksplisit menegaskan  bahwa Yesus menyatakan diriNya adalah Allah: “Aku [Yesus] adalah Allah”. Baiklah kita berkhikmat. Kata “Yahwe” adalah sebuah Nama. Benar bahwa nama itu menyatakan jati diri. Tuntutan bahwa Yesus menyatakan diriNya Yahwe, telah dijawab oleh Yesus sendiri justru melebihi tuntutan tersebut.

Kita semua tahu bahwa kata Allah adalah terjemahan Arab kata Ibrani  Elohim. Sedangkan kata TUHAN adalah terjemahan Indonesia (Melayu) kata Ibrani YAHWE. Jika ada orang yang lebih “mengagungkan” kata Allah daripada  kata Tuhan, maka hal itu tidak lebih dari persoalan rasa budaya bahasa suatu bangsa. Alkitab tidak mendeskripsikan bahwa kata Allah lebih tepat untuk Sang Ada daripada kata Tuhan. Apalagi kalau hanya karena analisis etimologis bahwa di balik kata “Tuhan” terselip juga arti “tuan”. Kalau itu masalahnya, maka dibalik kata “Allah” pun bercokol arti “dewa pagan Arab pra Islam”.

Sang Ada, Pencipta Langit dan Bumi tidak pernah menyatakan bahwa “NamaKu adalah Allah/Elohim”. Kata “Elohim, atau Allah (Arab)” itu justeru dipakai oleh orang Israel/penulis Alkitab PL untuk YHWH/Sang Ada. Inilah hal yang tidak terbayangkan oleh orang-orang yang mengagungkan dan menggunakan kata “Allah” satu-satunya untuk “Sang Ada”. Sang Ada-nya Israel malah tidak pernah merekomendasikan kata Allah (Arab) itu. Siapakah yang dapat membuktikan bahwa saat kali pertama orang Arab pra-Islam menggunakan kata “Allah” adalah untuk Yahwe TUHAN Israel?!!!

Kepada Musa-lah, Sang Ada itu menyatakan siapakah Dia. Dia adalah “AKU ADALAH AKU; AKULAH AKU, sama dengan AKU ADA” Makna dari kata itu ialah  AMBIL BAGIAN, IKUT SERTA dan TERLIBAT AKTIF. Nah, DIA yang terlibat aktif itulah yang kemudian disebut YAHWE/TUHAN.[15] Kalaupun kata “YAHWE” itu telah dikenal oleh orang Israel sebelumnya, tetapi sekurang-kurangnya kata itu mendapat penegasan dan restu langsung dari Sang Ada.

Perhatikan teks Yesaya berikut ini: “Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku.[16] Sang Ada tidak pernah mengatakan bahwa “Aku adalah “Allah (dalam pengertian Arab pra-Islam)”. Berkaitan erat dengan pernyataan dalam teks Yesaya itu, maka Yesus dengan tegas menyatakan: “Aku yang adalah TUHAN dan GURUMU[17]

Pertanyaan kita bukan hanya apakah Yesus pernah menyatakan diriNya, Allah/Elohim, atau Yahwe  TETAPI apakah Yesus pernah menyatakan diriNya AKU ADALAH AKU, AKULAH AKU, AKU ADA; kata-kata yang dikemukakan oleh Sang Ada Sendiri?  Ya.!!! Yesus tidak pernah ragu menyatakan dirinya: AKU ADALAH AKU, AKULAH AKU, AKU ADA[18] 

Perhatikan antara lain, teks-teks berikut ini:
Kitab Pertama Tawarik:

“Dan Aku akan menegakkan dia dalam rumah-Ku dan dalam kerajaan-Ku untuk selama-lamanya dan takhtanya akan kokoh untuk selama-lamanya." [19]

Injil Lukas
Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel[20]. 

Injil Yohanes

Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini[21]."

Bagaimana ketiga teks tersebut justru menunjuk kepada ke-Allah-an Yesus?

Dengan membaca teks Tawarik, kita menyimpulkan bahwa Allah memiliki kerajaan, kerajaan-Ku sama dengan Kerajaan Allah.

Dengan membaca teks Lukas, kita mendapat kesan bahwa Bapalah yang menentukan hak kerajaan bagi Yesus. Kesan seperti itu dapat dimengerti. Yang perlu diperhatikan adalah nama gelar kerajaan itu menyatakan nama, gelar pemiliknya. “Sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku”.  Artinya, kerajaan yang ditentukan bagi Yesus itu adalah kerajaan Allah. Pemiliknya adalah Dia yang disebut Allah/Yahwe. Kerajaan Yahwe/Allah itu disebut oleh Yesus sebagai “Kerajaan-Ku”!!! “Kamu makan dan minum semeja dengan Aku di dalam KerajaanKu”.  Nah, “Kerajaan Allah” = Kerajaan-Ku [Yesus]. Jadi, Yesus adalah Allah.

Dalam Injil Matius dikatakan: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu[22]. Kata “Kebenaran” mengingatkan kita pada pernyataan Yesus dalam bagian Injil Yohanes: “Akulah jalan kebenaran dan hidup[23]” Jadi, Yesus menegaskan bahwa DiriNya adalah Allah.

Nah, “Kerajaan Allah” adalah KerajaanKu [Yesus], atau KerajaanKu adalah Kerajaan Allah. Jadi, Yesus adalah Allah.

d. Akulah Dia Yahwe

Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit." [24]

Perkataan Yesus ini, Ia ambil dari Daniel 7:13.  Daniel mengidentifikasi bahwa dia yang datang di tengah awan-awan di langit itu ialah seorang seperti anak manusia. Siapakah namanya? Pertanyaan ini dijawab secara sempurna oleh Pemazmur.

“Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah NamaNya, buatlah jalan bagi Dia yang berkendaraan melintasi awan-awan! NamaNya ialah YAHWE (TUHAN); beria-rialah dihadapanNya[25].”

Menarik bahwa nama dari Dia yang melintasi awan-awan itu bukan Elohim (Allah), tetapi YAHWE, TUHAN. Mengingat semuanya ini, kita dapat mengerti mengapa Yesus tidak pernah secara hurufiah menyatakan diriNya: “Aku adalah Allah”, tetapi “Aku adalah YAHWE, TUHAN”, tepatnya “Aku yang adalah Tuhan”.[26] Yesus tidak mau kita terpeleset dengan kata Elohim, yang kerap dipakai juga untuk allah karikatur[27]

Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "AKULAH TERANG dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup[28]."  Perkataan Yesus ini diambil dari kitab Mazmur “YAHWE (TUHAN) ADALAH TERANG.[29]

Jadi, ini menegaskan bahwa pada dasarnya, klaim Yesus merupakan penyataan DiriNya: siapakah Dia? Dia adalah YAHWE (TUHAN).

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; … Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku[30]”.

Perkataan Yesus ini menyingkap keyakinan Yakub[31] dan Daud[32] bahwa TUHAN adalah Gembala. Jika Yesus tahu bahwa YAHWELAH  GEMBALA, tetapi Dia tegas menyatakan bahwa “AKULAH GEMBALA”, bahkan GEMBALA YANG BAIK”, hal itu mengandaikan bahwa DIA adalah TUHAN yang sama dengan YAHWE.

 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan…bahwa Akulah Dia[33]”. 

Marilah kita berhikmat, sebab

“haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, ALLAHMU, MENGAJARI engkau seperti seseorang mengajari anaknya.[34]

Yesus secara gamblang menyetujui sebutan para murid atas diriNya: Guru dan Tuhan. Jika Yesus bukan YAHWE, tentulah Ia menghindari sebutan tersebut agar para muridNya tidak mengingkari  fakta bahwa YAHWE tidak lagi memerlukan seorang guru untuk mengajar[35] Oleh karena Yesus menyetujui gelar (Guru) yang diberikan para muridNya, maka itu berarti Ia mengakui DiriNya sebagai YAHWE, sebab hanya Yahwe yang mengajar dan tidak memelurkan guru yang lainnya.

Selanjutnya,
 “Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.[36] 

Pernyataan Yesus ini itu mengesankan. Bandingkan pernyataan Yahwe dalam kitab Yeremia berikut ini:

 “Aku, TUHAN yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah dan langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya[37]”.

Pernyataan ini tidak cukup dimengerti hanya karena Yesus telah diberi kuasa oleh BapaNya[38] sebab Bapa tetap berkuasa sampai sekarang. Hal itu hanya mungkin dipahami bahwa terdapat kesetaraan antara Bapa dan Yesus.[39] Masih begitu banyak teks lain yang membuktikan bahwa Yesus menyatakan diriNya YAHWE TUHAN.


e. Lagi-lagi Yesus menyatakan DiriNya adalah YAHWE

Injil Yohanes mencatat perkataan Yesus “Aku dan Bapa adalah satu."[40]  Banyak diskusi atau debat, persisnya penyangkalan dari kelompok anti ke-Allah-an Yesus. Menurut kaum Unitarian:

“Aku dan Bapa adalah satu” artinya Yesus bersatu dengan Bapa dan bukan sama dengan Bapa. “Ber-satu”, satu pekerjaan[41] satu visi, satu spirit, satu hati satu pikir bukan satu hakikat! Bersatu dengan Yesus bukan menjadi Yesus, bersatu dengan Allah, bukan menjadi Allah sejati”!

Jawab

Reaksi orang-orang zaman ini memang lain. Pertama-tama mereka menolak ke-Allah-an Yesus karena isi keyakinan mereka adalah Yesus tidak pernah mengakui DiriNya sebagai Allah. Sebaliknya, orang-orang Yahudi menolak ke-Allah-an Yesus karena Yesus mengaku DiriNya adalah Allah. Sama-sama menolak ke-Allah-an Yesus, tetapi alasannya saja yang berbeda. Renungkan dan perhatikan reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan Yesus:  

"Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah[42]"

Orang-orang Yahudi paham dan sangat mengerti bahwa Yesus sedang mengakui DiriNya adalah Allah. Jika tidak demikian, mustahil mereka mau melempari Yesus dengan batu. Ketika jiwa sedang diancam secara demikian,  padahal Yesus tidak bermaksud mengakui DiriNya sebagai Allah, maka sangat masuk akal kalau Yesus meluruskan pernyataanNya. Nyatanya, hal itu tidak Yesus lakukan. Tidak ada satu pun ayat dimana Yesus memperbaiki pernyataanNya. Yesus juga TIDAK PERNAH menyatakan “AKU BUKAN ALLAH” hanya orang yang anti Yesus saja yang pernah menyatakannya. Kesimpulannya: Yesus benar-benar bermaksud menyamakan DiriNya dengan Allah. 

 “Sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."  Perkataan “Aku telah Ada”, itu sama artinya: “AKU ADALAH AKU ADA (=YHWH)[43]

Perkataan Yesus ini membuat orang Yahudi geram. Perhatikan laporan Alkitab mengenai rekasi orang Yahudi:

 “Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah[44].”

Mengapa orang Yahudi sedemikian nekat? Bagi mereka, perkataan Yesus itu berarti menghujat Allah. Siapa saja yang menghujat Allah, maka hukumannya tidak tanggung-tanggung: dirajam sampai mati. Pengakuan para musuh Yesus ini menambah bobot kebenaran perkara ini. Artinya Yesus benar-benar menyatakan DiriNya sebagaimana dipahami oleh orang Yahudi: Yesus menyamakan diriNya dengan Yahwe. Sayangnya orang Yahudi tidak dapat menerima dan percaya atas perkataan Yesus itu, sama seperti sebahagiaan dari orang-orang zaman sekarang.

f. Lihat juga Teks-teks Berikut ini:

Dalam kitab Wahyu, malaikat menginstruksikan Rasul Yohanes untuk hanya menyembah kepada Allah[45] Tetapi beberapa kali dalam Alkitab Yesus menerima penyembahan[46] Dia tidak pernah menegur orang-orang yang menyembah Dia. Kalau Yesus bukan Allah, Dia pasti melarang orang-orang menyembahNya, sama seperti  malaikat dilarang disembah oleh Yohanes[47] Yesus juga pasti tahu betul larangan menyembah selain Allah dalam Keluaran 20:4-5 dan Ulangan 5:7-9

Di satu pihak,  semua manusia di bumi rusak, pembohong, berdosa[48] Di pihak lain, hanya Allah yang dapat mengampuni dosa[49] Sementara, orang berdosa tidak dapat melihat Allah kecuali mereka yang suci hatinya.[50] Jadi, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Kita sadar bahwa hanya Allah saja yang memungkinkan kita dapat menghampiri tahtaNya. Oleh kehendak dan cintaNya kepada kita, maka Dia datang ke dunia.  Sesuatu yang tidak masuk di akal pikiran manusia daging. Dia yang Mahabijaksana datang dan mengambil rupa manusia, bahkan rupa hamba. Sebab kita ini adalah manusia dan hamba. Dengannya kita mengerti, Dia yang tak terjangkau, Dia yang ajaib, Dia yang mahadasyat kini hadir menyertai kita dan sedang mengantar kita menuju rumahNya. Karena kini Dia telah menjadi manusia, maka untuk menebus dosa kita, Ia memakai cara-cara manusiawi kita. Sekali lagi, maksudnya ialah supaya kita mengerti, supaya kita tahu, supaya kita merasakan dan supaya kita mengalami Allah yang kita imani. Kita dapat mengalamiNya dengan seluruh kemanusiaan kita. Kalaulah dia yang menebus dosa kita hanyalah manusia seperti kita, maka hal itu tidak mungkin sebab manusia pada dasarnya kita manusia tidak dapat menolong dan menebus dosanya sendiri.[51] Hanya Allah yang sanggup menanggung dosa seisi dunia ini.[52] Karena dosa yang begitu besar dan berat, Allah yang menjadi manusia itu mati untuk dosa kita.[53] Perhatikan perkataan dalam Ibrani berikut ini:

 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut[54]

Pernyataan ini menegaskan sesuatu hal yang berbeda bahwa Yesus tidak sama dengan manusia. Karena tidak sama dengan manusia, maka Ia (Yesus) MENJADI (pergerakan/perubahan ke bentuk yang lain) sama dengan manusia (darah dan daging). Perubahan dari tidak sama menjadi sama, paling sedikit mengambil bagian dalam kemanusiaan kita.

 “Dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut[55].”.

Apakah untuk menyelamatkan manusia, Allah harus menjadi manusia terlebih dahulu? Jawabannya: YA. Itu cara yang paling baik. Itu adalah rancangan Allah dan bukan rancangan manusia.

 “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,…Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu…firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya[56].

 Kita tidak dapat memaksakan kehendak kita kepada kehendak Allah. Renungkanlah ayat berikut ini:

 “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.  Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai[57].” 

Jika ada seorang anak kecil yang tiba-tiba jatuh ke dalam sumur berlumpur yang dalam, maka anak kecil itu pasti tidk mampu menolongnya. Kata-kata anda pun tidak lagi bermanfaat baginya.  Cara satu-satunya yang paling efektif ialah diri anda sendiri. Anda harus menceburkan diri ke dalam sumur itu  sebab dia tidak dapat memegang kata-kata anda, tetapi dia butuh tangan anda. Bahkan manakala anak itu tidak lagi dapat memegang apa pun, maka anda yang harus memegang tangannya dan menarik dia dari sana. Anda harus turun ke dalam lumpur itu.  Anda dapat mengangkat dan menggendongnya serta membawanya ke tempat yang aman. Kita ini lebih kecil dari seorang anak kecil, sering jatuh dan jatuh lagi ke dalam lumpur yang kotor, kerapuhan karena dosa. Tuhan tahu bagaimana caranya menyelamatkan kita. Dia tidak mau menggunakan cara kunfayakun, bimsalabim, (seperti kebiasaan tukang sulap), atau apa pun namanya. Bahkan Dia tidak mempercayakan firmanNya kepada apa yang tidak kekal. Dia menyampaikan firmanNya kepada kita dengan menjadi sama dengan kita. Dan itu adalah cara yang paling tepat sesuai dengan kemanusiaan kita.  “Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga.[58] Tetapi Firman yang tetap teguh di sorga itu “telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.[59]  
Jadi, seluruh uraian di atas memastikan bahwa Yesus menyatakan diriNya adalah Allah (yang menjadi manusia) dan karena Dia, anda dan saya memiliki pengharapan akan keselamatan dan hidup yang kekal.


Yesus adalah Allah buatan Konsili Gereja Katolik

Orang-orang modern kerap juga beranggapan bahwa Ke-Allah-an Yesus adalah buatan Konsili Nicea tahun325 atas perintah Kaisar Konstantin.


Jawab

Anggapan itu tidak dapat dibenarkan karena fakta sejarah menyangkalnya, antara lain:

1.    Ini mustahil. Manusia tidak mungkin bisa mengubah manusia menjadi Tuhan/Allah
2.    Tuhan bisa membuat diriNya menjadi manusia sebab Tuhan Mahakuasa
3.    Ajaran dan iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal yang berpusat pada Kristus bukan pada konsili Nicea dan perintah kaisar Konstantine
4.    Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Peristiwa itu disebut inkarnasi.
5.    Inkarnasi adalah tindakan ajaib Tuhan dan teragung dan terbesar karena didorong oleh cintaNya yang luar biasa kepada manusia.
6.    Inkarnasi adalah bukti kuat bahwa Allah Mahakuasa dan mahasempurna dalam tindakanNya. Jika kita percaya bahwa Allah mahakuasa dan mahasempurna, maka Dia mahakuasa MAMPU menjadi manusia.
7.    Inkarnasi adalah peristiwa Allah memasuki sejarah umat manusia. Kenyataan ini tidak ditemukan dalam ajaran agama non Alkitab.
8.    Ketetapan konsili Nicea bukanlah upaya mengangkat atau membuat Yesus menjadi Tuhan dan Allah, tetapi menegaskan kembali apa yang telah ditulis dalam Alkitab. Dengan itu Gereja mendefinisikan dirinya berbeda dari agama lainnya.
Jadi, Ke-Allah-an Yesus adalah Allah yang menjadi manusia [inkarnasi]

Bapa-bapa Gereja sebelum konsili Nicea tahun 325 itu telah mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah. 

a.           St. Ignatius dari Anthiokia (110 AD). 
“…. ditakdirkan dari sepanjang abad untuk sebuah kemuliaan yang tidak berkesudahan dan tak berubah, disatukan dan dipilih melalui penderitaan yang nyata oleh kehendak Bapa di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita[60]  Karena Tuhan kita, Yesus Kristus, dikandung oleh Maria, sesuai dengan rencana Tuhan: dari keturunan Daud, memang benar, namun juga dari Roh Kudus.[61] “kepada Gereja yang dikasihi dan diterangi oleh kasih dari Yesus Kristus, Tuhan kita, dengan kehendak-Nya.[62]  “Allah sendiri dimanifestasikan dalam bentuk manusia[63]

b.           St. Irenaeus (140 AD).

….dan kebangkitan kembali semua badan dari seluruh umat manusia, sehingga kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Allah dan Penyelamat dan Raja…[64]  Engkau akan mengikuti satu-satunya guru yang benar dan dapat diandalkan, Sabda Allah, Yesus Kristus, Tuhan kita, dimana, karena kasih-Nya yang begitu besar, menjadi seperti kita [manusia], sehingga Dia dapat membawa kita kepada sebagaimana adanya Dia.[65]

c.            St. Clement (150 AD)

“Sudah sepantasnya engkau berpikir bahwa Kristus adalah Allah”[66]

d.           St Yustinus Martir (160 AD)

“Bapa alam semesta memiliki seorang Putera. Dan Dia juga Allah”. [67]

e.           Tertullianus (210 AD).

…Asal dari dua hakekatnya [Yesus] menunjukkan bahwa Dia [Yesus] sebagai manusia dan Tuhan.[68], “Kristus adalah Allah kita”[69]

f.             Origenes (225 AD). 
Walaupun Dia [Jesus] adalah Tuhan, Dia telah mengambil tubuh; dan menjadi manusia, Dia [Jesus] tetap sebagai Tuhan.[70]  “Tak seorang pun perlu merasa terhina karena Juruselamat juga adalah Allah”[71]

g.            Novatius (235 AD)
“Dia bukan sekadar manusia, tetapi juga Allah”[72]

h.           Cyprianus dari Kartago (253 AD)

Barang siapa menyangkal bahwa Kristus adalah Tuhan tidak dapat menjadi bait-Nya [bait Roh Kudus]”.[73]

“Yesus Kristus, Tuhan dan Allah kita”[74]

i.             Lactantius (304).

“Kita percaya Dia [Yesus] adalah Allah”[75]

j.            Arnobius dari Sicca (305 AD).

… beberapa orang geram, marah, dan bergejolak, dan berkata “Apakah Kristus adalah Tuhanmu?” “Memang Dia adalah Tuhan,” kita harus menjawab, “dan Tuhan di dalam kekuatan yang tersembunyi.[76] 

9.    Konsili Nicea HANYA merumuskan iman Alkitabiah dan Bapa-bapa Gereja awal sebagai berikut:

We believe in one Lord, Jesus Christ, the only-begotten Son of God, God from God, light from light, true God from true God, begotten, not made, one in being with the Father. Through him all things were made” (Creed of Nicaea)

Kami percaya akan satu Allah, Yesus Kristus, Putera Allah yang Tunggal, Alllah dari Allah, Terang dari Terang, Allah Benar dari Allah Benar, dilahirkan bukan dijadikan, sehakekat dengan Bapa, Segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.

Jadi, jelaslah bawa Yesus tidak dijadikan Tuhan oleh konsili Nikea pada tahun 325, namun Yesus sendiri adalah Tuhan, dan Alkitab, Para Rasul serta Gereja perdana memberi kesaksian tentang hal itu.









[1] Lukas 22:70, lihat juga Matius 27:43, Yohanes 5:27, 11:4, 10:36
[2] Yohanes 10:36
[3] Wahyu 2:18
[4] Lih Yes 52:8
[5] Matius 4:1-2
[6] Matius 4:3-4
[7] Yohanes 14:23
[8] Matius 17:5
[9] Matius 4:6-7
[10] Mat 4:1
[11]Ibrani 2:18, 4:15
[12] Matius 4:9-10
[13] Ibrani 1:6
[14] Matius 8:2
[15] Keluaran 3:13-15
[16] Yesaya 42:8
[17]Yoh 13:14
[18] Lihat Matius 27:43, Markus 14:62, Wahyu 1:8.17.26,22:13
[19] 1Tawarik 17:14
[20] Lukas 22:29-30
[21] Yohanes 18:36
[22] Matius 6:33
[23] Yohanes 14:16
[24] Markus  14:62
[25] Mzr 68:5
[26] Yohanes 13:14
[27] Ulangan 6:14
[28] Yohanes  8:12
[29] Mazmur 27:1
[30] Yohanes  10:11.14 
[31] Kejadian 48:15
[32] Mazmur 23:1
[33] Yohanes  13:13.19
[34] Ulangan 8:5
[35] Yeremia 31: 33-34
[36] Wahyu  2:23
[37] Yeremia 17:10
[38] Matius 28:18
[39] Filipi 2:6
[40] Yohanes 10:30
[41] Yohanes 10:25
[42]Yohanes 10:33
[43] Yohanes 8:58 
[44] Yoh 8:59
[45] Wahyu 19:10
[46] Matius 2:11; 14:33; 28:9, 17; Lukas 24:52; Yohanes 9:38
[47] Wahyu 19:10
[48] Kejadian 6:12, Mazmur 116:11, Roma 3:4
[49] Markus 2:7
[50] Matius 5:8
[51] 1 Yohanes 2:2
[52] 2Korintus 5:21
[53] 1 Petrus 3:18
[54] Ibrani 2:14
[55] Ibrani 2: 15
[56] Yes 55:8-11
[57] Ibrani 2:17-18
[58] Mazmur 119:89
[59] Yohanes 1:14
[60] St. Ignatius dari Anthiokia (110 AD),  Letter to the Ephesians 1” dlm  William A. Jurgens, Faith of the Early Fathers: Three-Volume Set: Vol.1, Liturgical Press, 1980 hlm. 17
[61]Ibid, Letter to the Ephesians 18,2”, hlm 18.
[62] Ibid, Letter to the Romans, 1, hlm.21
[63] Di kutip dari James L. Garlow dan Peter Jones, Cracking Da Vinci’s Code [edisi Indonesia], Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2005, hlm.91
[64] St. Irenaeus (140 AD), Against Heresies, 1,10,1,  dlm  William A. Jurgens, Faith of the Early Fathers: Three-Volume Set: Vol.1, Liturgical Press, 1980 hlm. 84-85 -
[65] Ibid, Against Heresies, 5, Preface, hlm. 99 .
[66] James L. Garlow dan Peter Jones, Ibid, hlm.91
[67] Idem
[68] Tertullianus (210 AD). “The Flesh of Christ, 5:7”, dlm  William A. Jurgens, Faith of the Early Fathers: Three-Volume Set: Vol.1, Liturgical Press, 1980 hlm. 146
[69]J ames L. Garlow dan Peter Jones, Ibid, hlm.91
[70] Origenes (225 AD). “The Fundamental Doktrines, 1 Preface, 4” dlm  William A. Jurgens, Faith of the Early Fathers: Three-Volume Set: Vol.1, Liturgical Press, 1980 hlm. 191
[71] James L. Garlow dan Peter Jones, Ibid, hlm.91
[72] Idem
[73] Cyprianus dari Kartago (253 AD). “Letter of Cyprian to Jubaianus, 73,12” dlm  William A. Jurgens, Faith of the Early Fathers: Three-Volume Set: Vol.1, Liturgical Press, 1980 hlm.238 -
[74] J ames L. Garlow dan Peter Jones, Ibid, hlm.91
[75] Idem
[76] Arnobius dari Sicca (305 AD). “Against the Pagans, 1, 42” dlm  William A. Jurgens, Faith of the Early Fathers: Three-Volume Set: Vol.1, Liturgical Press, 1980 hlm.262

Tidak ada komentar:

Posting Komentar